Resensi Novel The Orphan Keeper (Kisah dan Perjuangan Korban Penculikan Kembali ke Keluarga)

Resensi Novel The Orphan Keeper (Kisah dan Perjuangan Korban Penculikan Kembali ke Keluarga)

“Hidup akan selalu sulit, tapi jika kita berusaha sebaik mungkin, jika kita bertahan, kita bisa mencapai perbedaan-dan kebaikan akan menang atas kejahatan, cinta akan mengalahkan kebencian” (hal.436-437)
Kehidupan orangtua yang kehilangan anak merupakan suatu penderitaan yang menyiksa. Setiap hari mereka bergumul dengan ketidakpastian mengenai apakah anak mereka masih hidup, mungkin dianiaya secara fisik atau mati, seperti kasus yang menimpa Chellamutuhu yang masih kecil.
Diangkat dari kisah nyata, buku ini ditulis oleh Camron Wright, seorang penulis peraih penghargaan fiksi umum terbaik literary awards. Novel pertama penulis, Letters for Emily pun diganjarkan penghargaan Reaeder’s Choice. Buku ini menceritakan tentang seorang anak berusia delapan tahun yang harus terpisah dari keluarganya dan mengalami kehidupan yang jauh berbeda karena diculik oleh sekelompok orang. Dan dijual ke Panti Asuhan Lincoln, yang kemudian diterbangkan ke Amerika untuk diadopsi oleh sepasang keluarga Fred dan Linda Rowland.
Peristiwa penculikan itu terjadi ketika Chellamuthu ikut dengan ayahnya dan ditinggal sementara di tepi jalan. Kemudian datang sebuah mobil van yang kemudian membawanya lalu berpindah ke jeep dan akhirnya dijual di Panti Asuhan Lincoln. Panti Asuhan ini asuh oleh Eli Manickam dan Manesh. Dari Panti Asuhan tersebut kemudian anak-anak itu dijual ke berbagai negara di belahan bumi. Ibunya sudah sering menasihati agar waspada, sebab sudah banyak anak hilang tanpa jejak di India setiap tahunnya, tentu saja Chellamuthu tidak mengindahkannya.
Eli Manickam meyakini bahwa anak-anak yang dibawa kepadanya adalah anak-anak yatik atau setidaknya dari keluarga miskin. Padahal sesungguhnya anggapan tersebut keliru. “Aku diculik! Mereka membawaku pergi dengan paksa. Aku sedang bersama ayahku… di jalan. Aku kenal salah satu dari mereka. Mereka bilang punya makanan, lalu mereka melemparkanku ke dalam van. Aku akhirnya tiba di sini” (hal.94)
Untuk kasus Chellamuthu sendiri, sebenarnya dia sudah pernah mengatakan bahwa dia diculik dan bukan anak yatim. Chellamuthu mengatakan kepada Eli Manickam bahwa dia ingin kembali ke keluarganya, yang pasti tengah mencemaskannya. Namun, Eli membuat Chellamuthu semakin bingung dan kecewa. Sebab Eli mengatakan bahwa dia telah dijual oleh ayahnya dengan harga tiga puluh rupee. Dinding-dinding di ruangan itu tampak menjadi bengkok dan bergoyang-goyang, seolah siap ambruk dan hancur kapan pun.
Padahal, di salah satu kota yang ada di India, bernama Erode semua orang tengah sibuk mencari keberadaan Chellamuthu. Arayi, ibu Chellamuthu tak berputus untuk mencari anaknya yang sudah berhari-hari tak kembali. Segala upaya dilakukan Arayi, mulai dari mencari ke sungai, memasang poster bergambar Chellamuthu. Bahkan, dia sampai mendatangi peramal untul mencari keberadaan anaknya tersebut. Namun, hanya kesedihan yang diperolehnya. Peramal itu mengatakan bahwa Chellamuthu telah tiada dan tak akan kembali.
Berada di tengah orang-orang yang berbeda, baik warna kulit, rambut dan bahasa tentu membuat Chellamuthu merasa bingung. Butuh waktu berbulan-bulan bagi Chellamuthu untuk belajar bahasa Inggris agar bisa berkomonukasi dengan setiap orang, terutam dengan Linda Rowland. Linda Rowlanda sampai harus keluar dari pekerjaannya sebagai guru karena ingin fokus mengurus Chellamuthu. Fred dan Linda Rowland bersepakat untuk mencari solusi terbaik. Akhrinya mereka menemukan solusi dengan memasukan Chellamuthu ke regu gulat. Usaha ini pun menemui hasil memuaskan. Chellamuthu mengalami kemajuan di bidang gulat dan berhasil meraih urutan ketiga.
Kemudian terungkap fakta tentang jati diri Chellamuthu yang sebenarnya, ketika Chellamuthu berkata dengan bahasa Inggris perihal keinginannya untuk menunjukkan pita tersebut pada orangtuanya di India. Kontan saja Linda kaget mengetahui bahwa Chellamuthu memiliki orangtua dan bukan anak yatim. Linda pun mengajukan pertanyaan kepada Eli Manickam melalui email dan surat. Namun tak mendapat respon.
Meski pun demikian, Linda dan Fred tetap menerima Chellamuthu dengan sepenuh hati sebagai anak mereka. Kemudian oleh Linda nama Chellamuthu diubah menjadi Taj Khyber Rowland. Seiring berjalannya waktu Chellamuthu (Taj K. Rowland) mamp beradaptasi dan berkomunikasi tanpa hambatan.
“Ketika Tuhan turun tangan dalam kehidupan kita, orangorang yang tidak beriman menyebutnya sebagai kebetulan. Orang-orang yang beriman menyebutnya mukjizat. Aku tidak tahu kau termasuk golongan orang yang mana, tapi menurutky Tuhan tidak sejauh yang kau kira” (hal. 354).
Bertahun-tahun hidup di Amerika Taj Rowland menyimpan pertanyaan tentang dirinya yang berbeda dengan keluarganya. Taj Rowland merasa bahwa Linda dan Fred bukan orangtua kandungnya. Pertanyaan demi pertanyaan menyeruak. Siapa aku? Apa yang harus ku lakukan agar bisa pulang? Mengapa aku dipisahkan dari keluarga?
“Kehidupan tidak pernah berhenti, Nak. Meskipun kedengarannya berisik, tidak menyenangkan, menyakitkan, tetap saja itu adalah suara dari kewajiban, dari cinta, dari keluarga, dari hukum yang lebih tua dari waktu yang membantu kita untuk akhirnya menemukan kepuasan untuk berbahagia. Itu suara alam semesta kita. Suara dari sebuah tujuan” (hal. 556)
Kisah ini sangat menginspirasi dan menggugah. Perjuangan Chellamuthu untuk beradaptasi ditempat barunya dan usahanya dalam mengejar prestasi serta karir membuat takjub. Buku ini meninggalkan pesan bahwa dalam hidup jangan mudah menyerah dan putus asa. Sebuah kisah yang menarik untuk dibaca dan dihayati.

Ridwan Nurochman

Resensi Novel Dilarang Bercanda dengan Kenangan (Romansa Cinta, Kenangan, dan Eleginya)

April 16, 2020

Resensi Buku 7 Jurus Betah di Pesantren (Mencetak Generasi Tangguh Lewat Pesantren)

April 16, 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *