Resensi Buku Muda Berdaya Karya Raya! (Menemukan Jati Diri di Usia Muda)

Resensi Buku Muda Berdaya Karya Raya! (Menemukan Jati Diri di Usia Muda)

Konon, fase terberat dalam hidup adalah usia dua puluhan. Jika seorang berhasil melewati fase ini dengan baik, hidup akan baik-baik saja hingga akhir. Jika gagal, segalanya menjadi lebih berat lagi di fase berikutnya. Di usia 20-an dan awal 30-an, setiap orang mengalami krisis hebat. Tentang penemuan jati diri. Tentang menjadi cocok dengan lingkungan. Tentang menemukan kompas untuk melangkah ke masa depan. Sementara kita sibuk di antara dilema: bersenang-senang atau bekerja keras? Pacaran dulu atau menikah saja? Bekerja atau berwirausaha? Memanjakan diri atau berinvestasi? Lebih penting membahagiakan diri sendiri dulu atau orangtua dan keluarga?

Orang menyebut fase ini sebagai krisis perempat usia. Quarter life crisis. Buku ini tak memberimu cara menjalaninya, sebab kamulah tuan bagi dirimu sendiri. Melalui buku ini, Fahd Pahdepie bercerita dan mengajak kita melihat betapa serunya melewati fase hidup yang menegangkan ini. Fahd mengajak kita membuktikan diri, bahwa kita: Muda. Berdaya. Karya Raya! ~Blurb

Diantara banyak definisi dan pengertian tentang istilah yang belakangan berkembang di dunia psikologi populier, quarter life crisis secara sederhana bisa kita pahami sebagai situasi-situasi psikologis yang dihadapi oleh kebanyakan orang di usia awal dua puluhan hingga pertengahan tiga puluhan. Rentang usia yang oleh Alex Fowke disebut sebagai “periode ketidakpercayaan diri, keraguan, dan kekecewaan tentang hal-hal seputar karir, hubungan, dan kondisi finansial.” (hlm xv).

Fahd Pahdepie adalah seorang penulis, pengusaha, dan aktivis. Sebagai penulis ia telah menerbitkan banyak buku best-seller, di antaranya Hidup Berawal dari Mimpi (2011), Rumah Tangga (2015), Sehidup Sesurga (2016), Jodoh (2016), dan Hijrah Bang Tato (2017) yang akan segera diangkat ke layar lebar. Tahun 2010, ia mendapatkan Ahmad Wahid Award dari Yayasan Paramadina dan Hivos Foundation atas esainya mengenai toleransi dan kebebasan beragama.

Bercerita mengenai manjadi penulis, tidak pernah mudah, tidak pernah murah, tidak pernah sebentar. Perjalanan untuk menjadi seorang penulis adalah perjalanan yang tak selesai-selesai, selalu ‘membelum’ sampai kapan pun. Fahd Pahdepie belajar kepada orang banyak, membaca banyak buku, melewati banyak peristiwa. Namun sedikit di antara hal-hal itu yang membekas kuat dalam ingatannya, hingga menancap menjadi kenangan. Dan salah satu dari sedikit diantaranya adalah Musabaqah Menulis Kandungan al-Qur’an (M2KQ).

M2KQ sudah memberi dia banyak hal, dari pengetahuan hingga pengalaman. Disana dia belajar tentang betapa gagasan harus diperjuangkan hingga ia menjadi sebuah penulis. Juga soal daya tahan dan daya hidup sebagai penulis… Bahwa menjadi penulis bukan sekadar menjadi tukang tulis atau juru ketik, melainkan tentang menjadi tuan bagi gagasan kita sendiri (hlm 19).

Keberanian, di antara kita ada yang dilahirkan sebagai pemberani. Di antara kita ada yang dilahirkan sebagai pengecut. Tetapi hidup bukan tentang sebagai apa kita dilahirkan, melainkan bagaimana kita bertindak dan sebagai siapa kita mati. Hidup adalah serangkaian pembuktian, perjuangan yang tak pernah selesai (hlm 130).

Seribu senyum, kita harus memastikan bahwa orang yang kita senyumi berada satu frekuensi dengan kita. Jika orang yang kita senyumi lapar, kita harus memastikan ia kenyang terlebih dahulu. Jika orang yang akan kita senyumi sedih, kita perlu memberinya penghibur terlebih dahulu. Jika orang yang akan kita bagi manfaat dan kebaikan kepada mereka belum terdidik, kita perlu mengangkat derajatnya dengan membekali mereka ilmu pengetahuan. Itulah sedekah yang sesungguhnya, kebaikan yang akan terus-menerus mengalir dan berlipat ganda. Tak habis-habis, tak usai-usai (hlm 189).

Skenario terbaik, pasti ada di antara kita yang sedang punya rencana tetapi gagal, yang punya impian tetapi rasanya mustahil, yang punya masalah namun seolah tak terpecahkan, yang menghadapi beban begitu menghimpit, yang terkungkung di tengah tempurung keterbatasan. Jika semua itu sedang anda hadapi, yakinlah anda tidak sendirian. Yakinlah bahwa semua itu adalah serangkaian kasih sayang Allah yang dengan luar biasa dirancang untuk meningkatkan keimanan anda (hlm 283).

Buku yang berjudul Muda. Berdaya. Karya Raya! adalah buku yang sangat menarik dan menginspirasi. Di dalam buku ini terdapat bab-bab kecil, penulis ingin mengajak pembaca mengarungi sebuah perjalanan pikiran dan perasaan. Mulai dari menentukan tujuan, merencanakan sebuah pertualangan, membaca peta, melihat cara orang lain mengembara, mencari teman seperjuangan, berbagi bekal, menolong dan ditolong, bertanya arah, dan seterusnya. Karena itu, buku ini sangat cocok untuk dibaca, buku ini bisa dijadikan teman bicara yang membuka ruang refleksi dan dialog diri.

Resensi Novel Si Anak Pintar (Membangun Pendidikan Karakter Anak)

March 24, 2020

Bebas Ongkir, Belanjanya #dirumahaja

March 24, 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *