Kolaborasi di Tengah Pandemi; Peluncuran Program #BeliBukuLokal

Kolaborasi di Tengah Pandemi; Peluncuran Program #BeliBukuLokal

Jakarta. Pandemi Covid-19 telah mendorong penerbit ke level terburuk sepanjang sejarah. Namun, musibah corona juga membuka jalan bagi penerbit untuk masuk ke dunia digital dengan cepat. Penjualan melalui daring dan penebitan buku digital menjadi pilihan di masa sulit seperti sekarang ini.
Diakui oleh Arys Hilman, direktur Republika Penerbit, dalam sambutan pada cara peluncuran program #BeliBukuLokal pada Jumat, 7 Agustus 2020, awalnya dunia perbukuan memiliki optimisme seiriang dengan pembebasan pajak untuk semua buku. Akan tetapi terpaan wabah Covid-19 menjungkirbalikkan optimisme di awal tahun ini.
Dalam situasi ini, program #BeliBukuLokal yang diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)IKAPI menemukan relevansinya. Lebih lengkapnya berikut sambutan yang disampaikan Arys Hilman:

Dunia perbukuan mengawali tahun 2020 dengan optimisme. Pada 10 Januari, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 5/2020 yang membebaskan pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) untuk semua jenis buku, tidak lagi terbatas pada buku pelajaran umum, pelajaran agama, dan kitab suci.
Ini lompatan besar dalam cara pandang terhadap buku, bahwa aneka jenis buku yang ada di toko-toko buku, taman bacaan masyarakat, perpustakaan, dan di pasaran umum, pada hakikatnya sama dengan jenis buku yang beredar di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Buku-buku itu sama-sama punya peran dalam meningkatkan pendidikan dan kecerdasan bangsa, dan dengan demikian harus tersedia dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat.
Undang-undang No. 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan mengamanatkan terselenggaranya sistem yang menjadikan buku bermutu, murah, dan merata. Hal ini bukan hanya tanggung jawab pelaku perbukuan belaka. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat umum pun wajib terlibat di dalamnya. Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2019 tentang pelaksanaan UU tersebut memungkinkan penggunaan APBN dan APBD untuk turut menciptakan ekosistem perbukuan yang sehat.
Terpaan wabah Covid-19 menjungkirbalikkan optimisme di awal tahun. Seiring pemberlakuan PSBB di berbagai daerah, toko-toko buku tutup, pameran-pameran terhenti, dan penjualan anjlok hingga level terburuk sepanjang sejarah. Industri perbukuan mengalami pukulan telak, sehingga sejumlah penerbit harus menghentikan produksi, mengurangi karyawan, bahkan menutup usaha.
Kehadiran Covid-19 mempercepat proses transformasi digital pada industri perbukuan. Penjualan buku fisik secara daring maupun produksi buku digital menjadi pintu keluar dalam situasi ini. Pengalaman kami di Republika Penerbit menunjukkan lonjakan penjualan buku fisik melalui kanal digital hingga lima kali lipat.
Kami memperkuat penjualan melalui webstore www.bukurepublika.id. Kami juga membuka took resmi/mal di 7 lokapasar daring: Blibli, Bukalapak, iLotte, JDiD, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Status resmi/mal ini penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya jaminan produk original, tentang betapa menyedihkannya tindakan membeli buku bajakan, dan alangkah kerennya membaca buku ori.
Kami mendukung upaya-upaya tersebut dengan memperkuat konten di media sosial, meningkatkan engagement dengan komunitas pembaca, serta mendongkrak promosi digital, dalam bentuk iklan, giveaway, dan aneka aktivasi digital.
Namun, hingga bulan keenam kehadiran Covid-19 di Tanah Air, penjualan buku kertas secara daring maupun buku digital belum mampu menggantikan penjualan luring konvensional. Toko-toko buku dan pasar-pasar buku tidak dapat tergantikan secara penuh.
Pada sisi lain, tidak semua penerbit siap dengan transformasi. Masih sedikit penerbit yang memiliki toko daring (webstore) atau memiliki akun toko di lokapasar daring, dan lebih sedikit lagi yang memproduksi buku-buku digital. Bagi sebagian penerbit, transformasi digital ibarat melangkah dalam keremangan disrupsi dan kehadiran wabah Covid membuat disrupsi tersebut bergerak lebih laju daripada langkah penerbit.
Dalam situasi ini, program BeliBukuLokal menemukan relevansinya. Ekosistem perbukuan meniscayakan uluran tangan, penerbit memerlukan dukungan, dan masyarakat pembaca membutuhkan kepedulian. Bagi kami para penerbit, program ini penting sebagai isyarat tetap hadirnya buku bermutu, murah, dan merata di tengah masyarakat. Nilai rupiah dukungan tentu amat berharga dan penerbit berterimakasih kepada pemerintah, namun lebih dari itu, keterhubungan penerbit dengan pembaca yang tumbuh dari program ini menjadi sumbangsih tak ternilai bagi dunia perbukuan.
Di masa depan, industri perbukuan tidak akan pernah sama lagi. Kita tidak tahu apakah setelah wabah berlalu distribusi akan kembali mengandalkan toko-toko atau pasar-pasar fisik, misalnya. Mayoritas penerbit bukanlah usaha besar. Dalam sumbangsihnya terhadap bangsa yang amat besar, banyak di antaranya adalah perusahaan kecil, hanya memiliki belasan karyawan, bahkan kurang. Pemerintah tetap perlu hadir untuk memastikan adaptasi penerbit terhadap kenormalan baru berjalan dengan baik.
Dunia buku bukanlah sekadar perdagangan kertas atau tinta. Buku tak bias disimplifikasi menjadi sekadar jumlah halaman atau bobot kertas. Ada cita-cita di dalamnya. Ada peradaban yang terbentuk darinya.
Buku adalah cermin intelektualitas bangsa. Dengan demikian, tindakan apa pun yang merendahkan ide-ide yang termaktub dalam buku adalah perbuatan jahat dan pembajakan terhadap hak karya cipta buku adalah kejahatan besar yang menyerang intelektualitas dan peradaban.
Kami berterimakasih kepada Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) atas penyelenggaraan program ini. Kami juga mengapresiasi empat lokapasar yang turut berpartisipasi–Blibli, Bukalapak, Lazada, dan Tokopedia—yang siang ini membuka jalan bagi buku-buku legal, original, bermutu, dan disukai pembaca untuk hadir di tengah masyarakat. Kerja sama kita akan berlanjut, insyaallah.
Dalam era kolaborasi, kita tidak punya pilihan selain saling mendukung. Kesetimbangan baru kelak akan dating dan ekosistem perbukuan yang kita pupuk bersama ini akan tumbuh dengan sendirinya dan para pelakunya berperan secara mandiri serta saling menghidupi.[]

Novel Inspiratif Republika Penerbit

August 10, 2020

BANK, Masih Perlukah?

August 10, 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *