Buka buku, buka dunia. Dengan membaca buku, kita akan menjelajahi dunia, tanpa harus menginjakkan kaki di wilayahnya. Buku adalah tumpukan helaian kertas yang memuat banyak informasi. Berpijak pada informasi itulah kita menjelajah dunia. Karenanya, yuk kita jadikan buku sebagai teman hidup kita, saat di sekolah, rumah, perpustakaan, bahkan saat dalam perjalanan.
Inilah salah satu dari sejuta manfaat buku. Oleh karena itu, kita sangat dianjurkan untuk membaca buku. Misalnya kita membaca buku kumpulan kisah-kisah sufi. Dengan membaca kisah-kisah sufi, kita akan mendapatkan gambaran pikiran, ucapan, dan tindakan orang-orang yang dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala ini. Pada saat yang sama, kita juga bisa menjadikan kisah mereka sebagai cermin dari pikiran, ucapan, dan perilaku kita saat ini. Dengan demikian, kita akan selalu memperbaiki diri kita sehingga hari ini bisa lebih baik dari hari kemarin, dan hari besok lebih baik dari hari ini.
Banyak tokoh sufi yang diangkat di dalam buku kumpulan kisah-kisah sufi, seperti: Abu Muhammad Hamid al-Ghozali, Muhammad bin Idris as-Syafi’i (Imam Syafi’i), Syaikh Abu Yazid al-Bustomi, Ibnu Katsir, Jalalluddin ar-Rumi, Ibnu ‘Athoillah as-Sakandari, dan lain-lain. Dalam kesempatan ini akan dijelaskan secara singkat salah satu sufi yang sangat terkenal dengan karyanya, Kitab Al-Hikam, yaitu Ibnu ‘Athoillah As-Sakandari.
Ibnu ‘Athoillah As-Sakandari
Nama lengkapnya adalah Syaikh Ahmad bin Muhammad bin ‘Atha’illah as-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648H/1250M, dan meninggal di Kairo pada 1309M. Julukan al-Iskandari atau as-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu. Syaiikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari hidup di Mesir di masa kekuasaan Dinasti Mameluk. Di kota inilah ia menghabiskan hidupnya dengan mengajar fikih mazhab Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual, antara lain Masjid al-Azhar. Di waktu yang sama dia juga dikenal luas di bidang tasawuf sebagai seorang syaikh besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah.
Ibnu ‘Athoillah as-Sakadanri tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab al-Hikam. Kitab ini sudah beberapa kali disyarah. Antara lain oleh Muhammad bin Ibrahim bin Ibad ar-Rundi, Syaikh Ahmad Zarruq, dan Ahmad bin Ajiba.
Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah at-Tanwir fi Isqath al-Tadbir, ‘Unwan at-Taufiq fi’dab al-Thariq, miftah al-Falah dan al-Qaul al-Mujarrad fil al-Ism al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah mengenai persoalan tauhid. Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibnu Taimiyyah adalah sosok ulama yang tidak menyukai praktek sufisme. Sementara ibnu ‘Athaillah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.
Tahun 709H adalah tahun wafatnya sang sufi yang terkenal dengan ketauhidannya kepada Allah ini. Ribuan pelayat dari Kairo dan sekitarnya mengiring kekasih Allah ini untuk dimakamkan di pemakaman al-Qorrofah al-Kubro.
Bila Anda tertarik dengan dunia sufi, sila kunjungi toko buku Republika secara online atau langsung datang ke Jalan kavling Polri blok I no. 65 Jagakarsa Jakarta Selatan, 12620. Yang suka buka IG juga bisa langsung cek di @bukurepublika.