Poligami kerap menjadi isu yang gandrung dibicarakan. Tidak cuma cerita yang singgah di antara antrean belanja di tukang sayur, tetapi juga jadi ‘tema pantri’ ala bapak-bapak kantoran. Seperti mengupas bawang, setiap kali permukaan luar dikupas pasti membuat penasaran ke ‘dalaman’ selanjutnya. Turunan topiknya pun ada beragam varian dari success story sampai menjadi broken home.
Buku yang ditulis pasangan suami istri penulis Asma Nadia dan Isa Alamsyah ini berisi mengenai kisah-kisah nyata para pelaku poligami. Tidak sekadar merekam kesuksesan atau kegagalan, tetapi mendeskripsikan dinamikanya. Riak-riak yang terjadi selama menjalani bahtera keluarga karena harus berbagi dengan perempuan lain.
Istri kedua pun tidak selamanya menjalani aktris antagonis. Pada kisah berjudul ‘Istri Kedua Ayahku’ misalnya. Sang anak sebagai penceritera mengisahkan bagaimana kebencian ibunya kepada istri baru ayahnya. Meski sudah memasuki usia yang tua, kebencian itu tak juga mereda. Ketika ibu semakin uzur dan sakit-sakitan, ayah kerap merawat ibu yang sakitnya kian parah. Malangnya, ayah juga terkena stroke.
Di tengah kondisi kritis tersebut, sang madu muncul dengan keikhlasan. Dia bukan saja merawat ayah tetapi ibu yang sudah divonis kanker. Bahkan setelah ayah tiada. Dia memandikan ibu, menggantikan bajunya, menyuapinya, hingga menemainya ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi.
Tak kalah menarik, kisah poligami yang ditulis dari sudut pandang lelaki. Penulis, Isa Alamsyah, bercerita tentang kisah seorang perempuan kedua yang enggan dinikahi. Namun, dia menolak untuk disebut sebagai selingkuhan apalagi perebut lelaki orang (pelakor). Dia menyatakan sendiri sebagai Wanita Idaman Lain (WIL).
Yang menarik dari kisah perempuan WIL ini adalah latar belakang dia memutuskan untuk menjadi WIL. Dia merasa kecewa karena suaminya yang diketahui alim ternyata memutuskan untuk menikah lagi. Keputusan itu diambil karena setelah bertahun-tahun pernikahan, mereka tak juga punya momongan. Padahal, dokter mendiagnosa alasan medis mereka belum punya anak karena sperma bergerak lambat. Namun, niat sang suami keras.
Buku ini diikhtiarkan penulisnya agar mereka yang sedang berada dalam dilema harus menjadi perempuan kedua, atau istri yang suaminya baru saja mengungkapkan keinginan menikah lagi atau para suami yang berhasrat mengambil perempuan lain bisa sejenak mengambil jeda dari keinginannya itu. Mereka bisa merenungkan lagi lebih dalam manfaat mudaratnya. Lalu, melibatkan Allah agar keputusan apapun nanti berada dalam tuntunan-Nya.
Editor: A Syalaby Ichsan, Harian Republika