Kita hidup pasti mencari kebahagiaan. Ada banyak alasan untuk membuat kita bahagia. Bahkan sumber kebahagiaan itu ada pada kita. Jika tahu caranya, tidaklah susah kita mencari. Orang kaya butuh bahagia, orang miskin pun butuh bahagia. Kaya atau miskin bukan jaminan kebahagiaan. Bahagia itu kita yang menciptakan. Semua berpulang pada pola pikir dan sikap kita.
Mudah, sederhana, dan efektif. Itulah cara bahagia yang disajikan dalam buku ini banyak hal terlihat sederhana tapi punya efek yang hebat. Kutipan-kutipannya menjadikan buku ini ringan untuk dibaca.
Cara paling sederhana supaya bahagia adalah dengan bersyukur. Bahkan, syukur hendaknya dimulai sejak kita membuka mata di pagi hari. Bentuk syukur kita karena masih diberikan kesempatan untuk hidup. Tidur merupakan kematian sementara. Sehingga saat kita bangun, sama artinya kita kembali dihidupkan. Tuhan berbaik hati membangunkan kita dari tidur. Bisa saja Tuhan membiarkan kita tidur selamanya. Kita tidak bangun-bangun lagi.
Banyak hal yang lantas bisa kita syukuri. Tubuh sehat, hidup yang tenang, kesempatan mendapatkan ilmu, memiliki keluarga yang bahagia atau sahabat yang setia. Bahkan punya anak yang rewel pun lebih baik ketimbang tidak atau belum punya anak. Semuanya bergantung pada kita. Apakah kita mau bahagia dengan yang sudah kita miliki, atau sibuk mengeluh menyalahkan keadaan.
Sebelum kamu menyalahkan orang lain koreksi diri terlebih dahulu (hal 13). Memang, mudah sekali menyalahkan orang lain. Gampang untuk mencari kesalahannya. Padahal kita tidak mendapat apa-apa dengan menyalahkan dan mencari pembenaran. Namun yang sulit itu adalah yang mau mengevaluasi diri. Mengoreksi diri, menyadari, dan mau mengakui kesalahan membuat kita lebih bijaksana. Maka, sibukkan diri dengan memperbaiki diri bahkan mengevaluasi diri.
Cara bahagia selanjutnya adalah belajar mengendalikan emosi dan belajar memaafkan. Menahan amarah merupakan hal yang tidak ringan. Maka butuh latihan. Caranya, jika ada yang membuat marah, tahan emosi, dan usahakan tersenyum. Anggap itu sebuah warna-warna kehidupan. Toh, ciptaan Tuhan pasti ada yang baik dan ada yang buruk.
Memaafkan merupakan perbuatan yang mulia. Banyak anggapan memaafkan atau meminta maaf bisa menurunkan harga diri. Padahal tidak benar. Memaafkan dan meminta maaf akan membuat kita lebih bijaksana dan lebih dewasa (hal.17). Memaafkan menjadikan hidup lebih tenang tanpa beban dan menyenangkan. Tidak banyak orang yang bisa memaafkan. Sungguh beruntung dan sungguh hebat orang yang bisa memaafkan.
Menghadirkan perasaan bahagia sangat penting dan positif untuk hidup. Membuat kita bisa menjalani aktivitas dan pekerjaan. Saat bekerja dengan bahagia. Kemudian jangan terlalu khawatir dengan banyak hal. Kata buku ini, biasanya kaum perempuan terlalu banyak khawatir dan gampang kepikiran. Padahal, otak itu ada kapasitasnya. Jadi jangan semua-semua menjadi pikiran dan beban. Penting untuk belajar cuek dan santai. Terlalu banyak yang dipikir bisa membuat kita sakit.
Cintai apa yang kamu lakukan, bukan melakukan apa yang kamu sukai (hal.20). Ini penting sebab kita seringkali harus melakukan apa yang tidak kita sukai. Hasilnya, kita akan tertekan ketika mengerjakannya. Hal ini menyebabkan pekerjaan kita tidak maksimal. Dunia kerja seringkali tidak sesuai dengan yang kita perkirakan. Kemampuan menyesuaikan dengan berbagai kondisi sangat memungkinkan kita bertahan dalam hidup. Tantangan tidak menunggu kita siap untuk menghadapinya. Dunia tidak menyesuaikan dengan apa yang kita inginkan. Justru kitalah yang harus menyesuaikan dengan dunia. Jadi pribadi tangguh dan ulet.
Banyak hikmah yang didapat dari berbagai kalimat dari buku ini. Ringan, tapi jika dikerjakan sangat membantu kita menjadi pribadi yang berkualitas. Seperti halnya takdir, keputusan untuk bahagia sangat dipengaruhi kemauan kita. Kita bisa memilih untuk bahagia atau tidak. (Supadilah, Kabar Madura).