Nama BJ Habibie sudah tidak asing di telinga kita. Dia merupakan mantan presiden ketiga yang juga dikenal sebagai seorang ilmuwan. BJ Habibie juga sering disebut sebagai bapak teknologi, karena kecerdasannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ide dan gagasan-gasasannya telah telah banyak menginspirasi masyarakat. Dan gagasan yang disampaikannya tidak melulu tentang masalah pengetahuan dan teknologi, namun dalam berbagai wacana keislaman, keindonesiaan, sistem pemerintahan dan banyak lagi.
Di mana gagasan-gagasan itu, meski telah melewati lintas waktu selama empat dekade, hal itu tidak merubah esensinya. A Makmur, mencoba mengumpulan ide dan gagasan yang pernah BJ Habibie tuangkan, baik dalam oratornya, buku serta berbagai media, dalam satu buku ini. Tentu saja dalam pengumpulannya, dia telah melakukan sedikit penyuntingan, agar buku bisa tampil lebih menarik dan dibaca oleh semua pihak.
Dalam bidang teknlogi misalnya. BJ Habibie memaparkan, “Teknologi tidak boleh menyusahkan anggota masyarakat. Teknologi justru meningkatkan kehidupan masyarakat.” (hal 14). Hal ini berhubungan dengan kegunaaan ani-ani yang sering digunakan petani saat panen padi. Menurut BJ Habibie, jika dengan ani-ani harus diganti dengan mesin, maka banyak penduduk yang kehilangan pekerjaan.
Di bidang keagamaan, dia pernah menjelaskan tentang betapa pentingnya meningkatkan iman dan takwa. “Seorang muslim harus meningkatkan terus-menerus iman dan takwa yang berakar pada nilai-nilai Al-Quran dan As-Sunnah sehingga perilaku dan karakternya bernapaskan Islam.” (hal 72). Gagasan ini menunjukkan selain menggandrungi ilmu pengetahuan, BJ Habibie tetap memegang kuat keteguhan iman agamnya. Dalam satu waktu dia juga memaparkan tentang Islam adalah agama yang mecintai perdamaian dan penuh toleransi.
Selanjutnya, dalam bidang industrialisasi, BJ Habibie mengungkapkan tentang berbagai gagasan yang menarik dan patut kita renungkan. Salah satunya dia menyinggung tentang perlunya pasar dalam negeri. “Srategi transformasi suatu bangsa menjadi negara industrialisasi mengharuskan setiap wahana teknologi yang dipilih harus mempunyai domestic market (pasar dalam negri).” (hal 105). Kemudian sebagai warga ada baiknya kita lebih mengutamankan membeli barang dari negeri sendiri, sebagai apresiasi, daripada membeli barang dari luar negeri.
Dalam mengentas kemiskinan, BJ habibie menyarankan lima acuan (reference) untuk menguantifikasi nilai minimum kualitas sumber daya manusia. yaitu (1) kualitas iman, (2) kualitas pikir, (3) kualitas kerja, (4) kualitas kreasi dan (5) kualitas hidup (hal 121).
Agar Indonesia maju dan berkembang, di sini BJ Habibie menjelaskan tentang pentingnya meningkatkan sumber daya manusia yang unggul dan meninggalkan tujuh penyakit berbahaya.
Pertama, kita lebih mengandalkan sumber daya alam daripada sumber daya manusia. kedua, kita lebih berorientasi jangka pendek daripada jangka panjang. Ketiga, kita lebih mengutamakan cinta daripada karya nyata. Keempat, kita lebih memilih makro daripada mirko ekonomi. Kelima, kita lebih mengandalkan cost added daripada value added (more comperative rather than competitive advantages). Keenam, kita lebih berorientasi pada neraca perdagangan dan pembayaran daripada neraca jam kerja. Ketujuh, kita lebih menyukai “jalan pintas” (korupsi, kolusi, penyelewengan, dsb) daripada kejujuran dan kebajikan. Kedelapan, kita lebih menganggap jabatan (power) sebagai tujuan daripada sebagai sarana untuk mencapai tujuan (power centered rather than accountable—amanah—orietation) (hal 172-173).
Berbagai gagasan yang telah disampaikan BJ Habibie, akan membuka mata kita untuk terus memperbaiki diri lebih baik. Kita tidak boleh terlena dengan kemudahan era globalisasi. Kita harus belajar dari hal-hal kecil dan jangan setengah-setengah saat berjuang. Sebuah buku yang menarik dan sangat inspiratif dan patut dibaca oleh semua lapisan masyarakat.
Srobyong, 2 Desember 2018
Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara