Description
Ghuffron lebih memilih menjadi seorang guru mengaji, walaupun ia seorang sarjana. Kepada murid-muridnya, ia tidak pernah menentukan besarnya infak bulanan. Kendati kadang-kadang lelaki yang dipanggil dengan sebutan ustadz itu mendapat amplop tatkala memimpin tahlilah atau kebetulan menjadi khatib di masjid, tetapi penghasilan Ghuffron setiap bulannya nyaris pas-pasan kalau tidak mau dikatakan tidak cukup. Walaupun tidak pernah punya tabungan, Ghuffron merasa hidupnya berkah.
“Sebetulnya kebutuhan setiap makhluk itu sudah dijamin oleh Yang Di Atas. Tak terkecuali binatang melata sekalipun…Jadi kita tidak perlu khawatir tidak akan bisa memenuhi kebutuhan itu. Tak perlu terlalu ngoyo. Toh jatah kita sudah ditentukan-Nya. Dan, yang namanya rezeki itu tidak pernah tertukar,” ujar Ghuffron.
Buku ini menceritakan kehidupan Ghuffron sebagai kepala rumah tangga dan juga di antara para tetangganya yang penuh dengan konflik. Banyak hikmah yang dapat kita ambil darinya. Insya Allah.
Rifki Kurniawan –
Bagaimana cara untuk menumbuhkan rasa ikhlas? Mungkin pertanyaan itu yang ada dalam diri anda. Jika pertanyaan itu ada, maka anda saya sarankan membaca novel ini. Ya, anda bisa banyak belajar kepada tokoh Ghuffron yang bukan dunia yang ia kejar, tapi pengabdian yang ia kedepankan. Ia tak pernah ragu akan jalan hidup yang dia pilih. Ia tak pernah merasa kurang walau penghasilan pas pasan. Ia merasa kaya, kaya karena pengabdianya bukan karena harta dunia.