Description
“Dalam usahanya hendak membangkitkan kesan bahwa yang pahlawan-pahlawan sejati di masa perang Padri itu hanya Batak yang baru masuk Islam, sedang orang Minangkabau sendiri hanya suka duduk di rumah (TR, hal. 278), maka dikacaukannyalah sejarah yang teratur. Pengacauan itu sangat menyolok mata, dan karena tebalnya buku “Tuanku Rao” (691 halaman), banyaklah orang yang pengetahuannya tentang sejarah masih primery (masih dasar) yang tertipu lalu mempercayainya.”
Demikianlah salah satu penilaian Buya Hamka atas buku “Tuanku Rao” yang ditulis oleh Ir. Mangaradja Onggang Parlindungan. Lewat buku Antara Fakta dan Khayal Tuanku Rao ini Hamka tidak saja mengkritik penuturan Parlindungan, tetapi juga menunjukkan fakta sejarah pembanding. Membaca buku ini, kita pun akan lebih mengetahui sejarah Islam di Indonesia, khususnya di Sumatra Barat. Dan, pada saat yang sama kita juga bisa belajar dari Buya Hamka cara menanggapi sebuah karya yang dipandang banyak mengandung kekeliruan.
Your review is awaiting approval
Ditulis secara sistematis, mendetail disertai referensi jelas (ada dalam Daftar Buku Bacaan). Buku bantahan ini bahkan memaparkan sejarah Islam di dunia dan bangsa Arab, barulah mengupas sejarah Islam Indonesia, pendudukan Belanda dan Perang Padri. Mengapa hingga menyentuh sejarah Islam di dunia? Karena buku Tuanku Rao juga mencakup hal tersebut. Pengalaman membaca yang luar biasa. Selain menambah pengetahuan juga mengingatkan tentang urgensi berpikir kritis & logis, tentang metode ilmiah dalam penulisan sejarah, juga mengingatkan dampak publikasi tulisan seseorang apatah lagi jika isinya menyesatkan, diduga karena disusupi sentimen pribadi atau misi terselubung lain.
Fahmi Nurul F –
Buku yang mengajarkan pada saya bahwa untuk membantah dan meluruskan sesuatu itu harus dengan yang sebanding. Buya Hamka pada awalnya sangat bangga dengan buku Tuanku Rao karena ada seorang penulis yang memaparkan sejarah tokoh ulama dengan prestasi yang luar biasa, namun ketika Buya Hamka meneliti lebih lanjut terhadap buku tersebut, terdapat beberapa kekeliruan yang ada didalam buku Tuanku Rao. Hingga akhirnya Buya Hamka terpanggil untuk meluruskan sejarah yang tertulis didalam buku tersebut, maka jadilah buku karangan Buya yang berjudul Fakta dan Khayal Tuanku Rao. Penulis Tuanku Rao pun tidak keberatan dengan adanya buku karangan Buya ini, bahkan Buya dan penulis menjadi akrab dan bersahabat.