Description
Sejarah telah mencatat, budi Al-Qur’an telah menyebabkan timbulnya suatu umat yang besar. Gema suaranya berkumandang di bawah kolong langit ini, ke Timur, ke Barat, ke Utara, dan ke Selatan. Peradabannya diakui sebagai rantai emas yang gilang gemilang di dalam sejarah peradaban manusia.
Di buku keempat seri Mutiara Falsafah Buya Hamka ini, Buya Hamka menguraikan beragama budi yang harus diketahui dan diamalkan oleh setiap manusia yang mendamba kebahagiaan, kesuksesan, dan kemuliaan sejati berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Tentang budi seorang saudagar misalnya, buya mengatakan, “Prinsip yang ditegakkan untuk jadi saudagar, yakni tidak bersenang hati memberikan suatu barang dengan jalan tipu, sebab diri sendiri pun tidak mau ditipu orang!”
Sementara untuk guru diuraikan, “Guru yang mendapat sukses di dalam pekerjaannya dan mendidik muridnya mencapai kemajuan, ialah guru yang tidak hanya mencukupkan ilmunya dari sekolah guru saja, tetapi diperluasnya pengalaman dan bacaan.”
Ismail –
Bahasa yang digunakan dalam buku ini agak sulit dimengerti oleh saya, namun pesan-pesan di dalamnya membuat saya menyelesaikan buku ini dalam beberapa hari. Bahasa Melayu yang digunakan oleh buya Hamka berbeda dengan bahasa yang saya gunakan sehari-hari, membuat saya lebih memikirkan kandungan tiap pesan yang ingin disampaikan buya Hamka.
Buku ini menjadi pengingat tentang akhlak yang baik di tengah zaman sekarang yang carut-marut. Buku ini juga dapat menjadi renungan dan bahan self-healing di kehidupan sehari-hari.
kurniarizqianingrum12 –
Kalaulah mencari buku yang cocok untuk memperbaiki moral di masa saat ini, terutama pada generasi masa kini, lembaga budi karya Buya Hamka adalah pilihan yang tepat. Meskipun buku ini dikemas dengan bahasa Melayu, namun sama sekali tak mengurangi nilai-nilai indah yang ada dalam buku ini. Buku ini disertai kata-kata hikmah yang indah yang menentramkan jiwa. Buku ini juga tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, cocoklah buat bacaan sehari-hari, harganya pun cocok juga dikantong, recommended!
kurniarizqianingrum12 –
[Lembaga Budi]
Karya : Buya Hamka
Tegak rumah karena sandi
Runtuh budi rumah binasa
Sendi bangsa adalah budi
Runtuh budi runtuhlah bangsa
(Buya Hamka)
Salah satu buku dari seri Mutiara Falsafah ini berisi tentang budi pekerti, termasuk didalamnya bagaimana budi yang mulia, penyebab kerusakan budi dan penyakit budi, bagaimana budi seorang pemimpin, pedagang, pendidik, dan pengarang. Di bagian akhir buku ini terdapat 99 renungan tentang budi yang dapat memotivasi diri kita agar senantiasa membangun budi yang lebih baik lagi.
Dari segi cover, buku ini cukup menarik. Covernya sederhana tapi elegan. Buku ini sedikit menggunakan bahasa Melayu, tetapi masih cukup mudah untuk dipahami.
“Jangan takut menghadapi suatu kegagalan karena dengan kegagalan itu kita juga akan dapat memperoleh pengetahuan tentang segi-segi kelemahan atau kekuatan diri kita. Yang perlu ditakuti ialah, gagal dua kali pada suatu hal yang serupa.”
Renungan Budi ke-8, hal.152
Raden Setiawan –
Semua karya Buya Hamka raẖimahullâh menurut saya sangat bagus, walaupun bahasanya terkadang agak susah kita pahami. Maklum saja, karena kebanyakan karya beliau; baik fiksi maupun non fiksi, masih menggunakan struktur bahasa Indonesia pada zamannya yang tentu sudah agak berbeda dengan bahasa kita saat ini. Dan begitu pula dengan karya beliau yang berjudul “Lembaga Budi” ini.
Dan tentu saja, alasan utama kenapa kita harus membaca karya beliau ini adalah, karena beliau adalah seorang ulama Nusantara yang menguasai banyak cabang ilmu. Dan sebagai generasi muda Islam di negeri ini, ketika kita membaca karya-karya beliau, maka hal itu merupakan perwujudan tanda cinta kita kepada beliau yang seorang ulama.
Nasihat beliau yang paling berkesan dalam buku yang berjudul Lembaga Budi ini adalah ungkapan beliau yang berbunyi, “Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah mencoba berusaha. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.” (Lembaga Budi, Republika Penerbit: Jakarta, 2016, cet. 1, hal. 198)
Marilah kita hargai dan jaga karya-karya para ulama kita di Indonesia ini dengan cara membaca & menelaah karya-karya mereka!