Biography

Author Picture

Nasiruddin Zuhdi

Nasiruddin Zuhdi yang lahir pada 3 Desember 1943 ini adalah putra seorang “guru ngaji kampung” asal Lasem-Rembang, H. Zuhdi bin Abdul Aziz. Ibundanya, Hj. Hindun Bin Nachrowi adalah putri asli Pekalongan dari keluarga pengrajin batik. Sebagai yatim piatu sejak bayi, ia (biasa disapa dengan panggilan “Nasir”) mempunyai dua ibu susuan dan beberapa ibu angkat di masa kecilnya.
Mengenyam pendidikan agama mulai dari “madrasah” di surau kampung, kemudian melanjutkan ke Sekolah Rakyat Islam (SRI) dan Sekolah Menengah Islam (SMI) Ma’had Islam Pekalongan, berkat beasiswa dari Koperasi Batik Persatuan Pembatikan Indonesia Pekalongan (PPIP) pimpinan H.A.Djoenaid serta amal jariah keluarga besar ibundanya. Pada tahun 1963, lulus SMA Negeri Pekalongan, kemudian melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, lulus awal tahun 1971. Semasa mahasiswa berkesempatan “nyantri” di Pondok Pesantren Tebuireng dan Seblak-Diwek Jombang, juga di pesantren Sumurkepel–Lasem sebagai santri “pasaran Ramadhan”.
Kiprahnya pada dunia tulis menulis dimulai sejak mahasiswa, antara lain sebagai penulis lepas di beberapa media cetak lokal maupun nasional, antara lain: sebagai redaktur majalah kampus “Muhibah” (UII), penyumbang artikel tidak tetap surat kabar “Kedaulatan Rakyat” dan “Mercu Suar” (Yogyakarta), harian “Abadi” dan “Duta Masyarakat” (Jakarta), pengisi kolom “Hikmah” surat kabar “Republika” dan majalah “Al Kisah” (Jakarta).
Menikah pada 21 Agustus 1971 di Tulungagung-Jatim dengan Dra. Maemunah binti H.Muhammad, dikaruniai 3 putri dan 1 putra: Husnalaili Setiawati (Laili), Hidayati Susilowati (Atiek), Latifa Kesumawati (Ifa) dan Muhammad Amir Setiawan (Ica/Mirza), serta lima orang cucu: Nadiya, Abel, Rania, Reyza, dan Hanna.
Perjalanan kariernya diawali menjadi pegawai PNS Departemen Perhubungan, sejak 1973 sampai pensiun pada awal 2004. Sebagai bentuk apresiasi kepada institusi yang pernah memberinya pengalaman hidup selaku abdi Negara dan abdi masyarakat, bersama Tim Kecil Dephub (selaku Pemimpin Redaksi), menyusun dan mpersembahkan buku “Kamus Istilah Perhubungan” yang terbit tahun 2007.
Aktivitas “penanaman modal akhirat” (PMA) yang ditekuninya di masa purnabakti saat ini , antara lain: sebagai Pembina Yayasan Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Agama (Pelita), juga Pembina Yayasan Badan Wakaf Ma’had Islam Pekalongan, dan Pengurus Badan Pembina Pensiunan Pegawai Perhubungan (BP3).
Bila kepadanya ditanyakan “Apa filosofi hidup anda?”, maka jawabannya singkat tapi sarat hikmat: MEMBACA UNTUK MENULIS. Kehidupan dunia ini adalah lembaran kitab yang penting “dibaca” (disimak, diendapkan, diresapi, dicermati, dihayati), untuk selanjutnya “ditulis” (diadopsi, diamalkan, disosialisasikan/ditularkan, diaktualisasikan yang bermanfaat) bagi diri pribadi maupun untuk kemaslahatan orang lain.